Rabu, 17 Februari 2010

Mesin Uang Warren Buffett

Berkshire Hathaway

Nama konglomerat Warren Baffett kembali menghiasi berita utama berbagai media di dunia, karena menyalib posisi pendiri Microsoft Corp, Bill Gate, versi Majalah Forbes terbitan Rabu (5/3) lalu. Posisi Buffett sebetulnya sudah diprediki lama, ketika namanya tahun lalu mulai membayangi posisi Gate pada majalah Forbes tahun lalu, namun kini menjadi istimewa karena terjadi di saat Amerika Serikat (AS) mengalami resesi ekonomi.

Tidak seperti rivalnya, popularitas ‘mesin uang’ Baffett terbilang kalah dibandingkan Gate, yang produknya yang nyaris dipakai dan dikenal hampir semua penduduk bumi. Mesin uang Buffett menuju kursi ‘qorun’ abad moderen tahun ini adalah Berkshire Hathaway, yaitu perusahan investasi.

Berkshire Hathaway adalah perusahaan konglomerasi yang bermarkas di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Perusahaan ini, memiliki puluhan anak perusahaan melalui kepemilikan saham, namun bisnis intinya bergerak di asuransi mencakup properti, jiwa, reinsuransi dan asuransi khusus.

Cerita kesuksesan Buffet mirip dengan Gate yang kaya raya karena mampu membesarkan Microsoft atau bukan tipikal konglomerat yang kaya dari modal besar. Bedanya, Berkshire bukan didirikan Buffett, melainkan Horatio Hathaway pada 1888 di New Bedford, Massachusetts. Namun, sebelum Buffet datang perusahaan itu hanyalah sebiah usaha dibidang pengolahan kapas yang bangkrut.

Resesi dunia 1929 membuatnya memutuskan hubungan kerja ribuah buruhnya. Nilai pendapatan yang awalnya USD120 juta langsung rontok tak lebih dari satu dekade. Pada tahun 1950-an, Berkshire menyatu dengan sebuah perusahaan tekstil lain, Berkshire Fine Spinning Associates, namun hal ini tidak banyak membantu.

Tahun 1962 manajer investasi muda berbakat, Warrent Buffett melirik Berkshire. Dibenaknya, nilai Berkshire Hathaway dilantai bursa jauh di bawah nilai riil perusahaan, karena saat itu memang sedang resesi. Ia percaya, potensi perusahaan itu bisa terulang dan Buffett mulai membeli sahamnya.

Namun tidak hal itu tidak mudah, sebab manajemen lama Berkshire yang dikuasai keluarga Seabury Stanton bersikukuh membendung ambisi Buffett. Setelah membeli saham lebih dari 50%, kendali Hathaway berada ditangannya, dan sentuhan dingin tangannya dimulai dengan merombak total manajemen perusahaan.

Buffett tetap mempertahankan bisnis inti Berkshire Hathaway sebagai perusahaan tekstil sebagai kapal utama ambisinya. Mulai 1967 ia perlahan melakukan ekspansi ke industri asuransi dengan membeli saham National Indemnity Company pada akhir 1970-an. Berkshire mengakuisisi Government Employees Insurance Company (GEICO) bulan Januari tahun 1996.

Pada tahun 1985, keputusan besar diambil dengan remsi menutup bisnis tekstil Berkshire. Alasannya, keuntungan mulai menipis karena sudah lahan itu sudah tidak menguntungkan. Namun, kapal baru yang seusai bidang yang diminatinya di bangku kuliah telah disiapkan. Berkshire Hathaway disulap dengan menjadi perusahaan investasi.

Tangan dingin Buffet membuat Berkshire menjadi ‘mainan’ yang paling diingini para manajer investasi saat ini. Dalam 25 tahun terakhir ia mencatat tingkat pengembalian yang fenomenal, yaitu rata-rata 25% pertahun kepada pemilik saham, plus jumlah modal besar dan hutang sedikit.

Seratus dolar AS modalnya yang dinvestasikan pada tahun 1970 menjadi USD57,4 miliar pada Mei 1999. Pada 23 Oktober 2006, untuk pertama kalinya, saham seri A Berkshire Hathaway dijual di atas USD100.000 per lembarnya dan membuatnya menjadi saham dengan harga termahal di New York Stock Exchange.

Berkshire dikenal sebagai perusahaan tidak pernah melakukan pemecahan saham, sehingga nilainya sangat tinggi. Sahamnya juga tidak likuid di pasar, sehingga tidak dimasukkan ke dalam indeks saham S&P500. Namun, Berkshire menciptakan saham Seri B, dengan kepemilikan 1/30 dari seri A dengan hak voting sebesar 1/200 dari seri A. Para pemegang saham kelas A dapat melakukan konversi sahamnya ke seri B, tapi tidak bisa sebaliknya.

Kini total nilai kekayaan Baffett dari saham-saham yang dibeli Berkshire verus Majalah Forbes 2008 diperkirakan mencapai USD62 miliar, setara Rp560 triliun atau dua pertiga lebih perkiraan penerimaan RAPBN Perubahan 2008! Nama Buffett kini terdaftar sebagai 100 orang berpengaruh di dunia versi majalah Time.

Namun, sepandai-pandainya tupai (baca:Buffett) meloncat, tetap akan jatuh juga. Profesinya yang bergelut dengan risiko, pernah membuatnya terpuruk. Antara tahun 1956-1969, investasinya yang dikumpulkan dari kantongnya dan rekan-rekan senilai lebih dari USD200.000 pernah merugi sampai 30%. Ia juga pernah terpeleset tahun 1998, dimana nilai saham tiga perusahaan andalannya merosot tajam, setelah dibeli. Yaitu Coca-Cola, Gillete, dan Walt Disney.

Jurus Maut Buffett

Awalnya Buffett fokus pada investasi jangka panjang dengan pembelian saham di Bursa Efek, seperti dilakukannya pada Berkshire tahun 1960-an. Namun berkat kepiawaiannya kini ia beralih pembeli perusahaan secara keseluruhan, sehingga pria kelahiran 30 Agustus 1930 Omaha, Nebraska Amerika Serikat ini dijuluki "Sage of Omaha" atau " Oracle of Omaha" alias peramal dari Omaha.

Namanya merupakan legenda bagi pialang saham dunia. Pria tua ini bisa memprediksikan saham apa saja yang naik, dan turun. Kapan harus mengambil, atau kapan harus menjual, semuanya seolah sudah ada dalam "pengetahuannya". Karena itu, apa yang dikatakan tentang suatu saham, bagaikan titah raja yang diikuti investor.

Pengetahuan memprediksi harga saham itulah yang menjadi kunci kesuksesannya, disamping sifat ‘sabar’ yang umumnya jarang dimiliki para pemburu keuntungan di lantai bursa. Sifat terakhirnya itu tertanam kuat oleh sebuah kejadian, ketika Buffett pertama kali bermain saham umur 11 tahun.

Kala itu, bermodal uang pemberian ayahnya Howard Buffet, ia membeli saham Cities Services seharga USD38.25 per saham dan segera menjualnya saat saham itu naik menjadi USD40 dolar, ia pun girang karena merasa sudah untung besar. Tapi, Buffett kemudian menyesal, karena dalam setahun, saham itu sebenarnya mampu mencapai nilai 200 dolar.

Sejak saat itulah, Bufffett tidak emosional, dan panik ketika indeks harga saham gabungan (IHSG) rontok. Buffett, adalah pemain saham yang menggegam asetnya dalam panjang jangka, hal ini pulalah strategsi yang ia pegang saat membeli dan mengendalikan Berkshire hingga sekarang.

Sementara pengetahuan tentang prediksi saham lahir dari kombinasi pengetahuan akademis dan pengalaman. Beberapa analis menyatakan, kejituan prediki Buffett seolah membantah kebenaran teori akademis bahwa pasar bersifat efisien. Artinya harga saham lebig banyak dipengaruhi seberapa baik informasi yang beredar di publik tentang kinerja perusahaan terkait.

Menurutnya, pasar saham tidal linier dengan informasi, dan kerap terjadi kesalahan dalam menentukan harga yang pas. Harga saham, kerap kali ditentukan oleh emosi para investor yang panik, ketika suatu pagi memnaca di media masa saham perusahaan yang dibelinya terbelit kasus.

Emosi investor saham bersifat jangka pendek, sementara dalam jangka panjang pasar justru akan mengikuti fundamental perusahaan. Buku berjudul The Warren Buffett Portfolio (1999), Buffett lebih memilih fokus kepada beberapa saham ketimbang harus menyebar investasi ke banyak saham perusahaan.

Ada beberapa pinsip Buffett saat menjatuhkan pilihan membeli sebuah saham. Prinsip pertama, jangan pernam membeli saham sebuah perusahaan yang anda tidak bidang bisnisnya. Hal itulah yang menjelaskan mengapa Buffett tidak mau membeli saham Microsoft, dan lebih memilih perusahaan di bisnis yang mudah dimengerti.

Kemudian, manajemen perusahaan harus rasional, terbuka kepada pemegang saham, tidak dan inovatif, serta memiliki alokasi investasi yang berpotensi meningkatkan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) bagus, bukannya pendapatan per saham.

Artinya, saat harga saham jatuh ke bawah harga wajar perusahaan tetap beroperasi terus dan sehat. Menurutnya, selisih harga pasar dan harga wajar ini berfungsi sebagai marjin aman (margin of safety), yang dapat mengurangi kerugian karena salah hitung. Pola analisa sama dibenak Buffett saat membeli Berkshire.

Selain ayahnya yang pemain saham, bagian penting dari hidupnya adalah ketika di bangku kuliah University of Nebraska. Buffett pernah membaca buku Benjamin Graham's The Intelligent Investor yang membuka kesadaranya untuk investasi sebagai karir.

Kedua, beberapa dosen di ketika ia mengejar gelar Master Ekonomi pada Columbia Business School, yaitu Benjamin Graham, Walter Schloss dan Irving Kahn. Filosofi bisnis Buffett hingga saat ini kental dengan pemikiran Philip Fisher.

Bertumpu Kesederhanaan
Anda mungkin akan sedikit terkejut bila membuka situs resmi perusahaan dengan nilai aset terbesar di dunia ini. Cobalah, klik http://www.berkshirehathaway.com akan muncul situs dengan desain yang amat minimalis dan hanya memakai, hyper text markup language (HTML), yaitu alat paling primitif dalam teknologi world wide web.

Tidak ada tampilan yang bergerak, menggunakan javascript atau flash yang sangat lazim dipakai perusahaan-perusahaan raksasa saat ini. Kesederhanaan memang bukan hanya menjadi keistimewaan akhlak Buffett, namun juga dicerminkan dalam mengelola perusahaan. Saat ini Buffett masih tinggal kompleks perumahan sederhana Dundee, Nebraska.

Terlepas dari hal itu Buffet mempunyai pendekatan lain untuk mendongkrak kinerja perusahaan miliknya dari balik layar. Pertama memperhatikan kualitas sumber daya manusia anak buahnya, tidak hanya perusahaan yang sudah dimiliki, namun pada divisi merger, akuisisi, likuidasi. Mereka inilah yang menjadi yang terdepan dalam rangka ekspansi bisnis.

Kedua, tidak memperlakukan perusahaan yang dibeli seperti barang dagangan. Buffett, aktif melakukan berbagai pengembangan usaha, sehingga nilai perusahaan pun meningkat. Ketiga memberikan kepercayaan penuh kepada manajamen untuk berkreasi meski tetap memberikan dua arahan sederhana.

Pertama , Jangan sampai merugikan pemilik saham. Kedua, jangan lupa peraturan nomor satu. Dua peraturan itu disampaikan dalam sepucuk surat yang dikirimkannya kepada direksi perusahaan setiap tahun. Surat inilah satu-satunya jembatan komunikasi Buffett dengan para anak buahnya. (muhammad ma’ruf/ dari pelbagai sumber)

Bertumpu Dua Lini Bisnis
Majalah Forbes 2005 menempatkan Buffett sebagai pengusaha terkaya kedua di dunia Bill Gates pemilik Microsoft. Kala itu kekayaan Gates USD46,5 miliar, sedangkan Buffett USD44 miliar. Tahun lalu, posisi Buffett merosot dinomor tiga, di bawah konglomerat telekominikasi asal Meksiko Carlos Slim. Tahun ini, Buffet melompati keduanya, dan mendorong posisi Gates ke posisi tiga.

Dibandingkan Slim, perusahaan Buffett memang lebih bervareasi dan beragam. Namun terdapat kekhasan masing-masing dari tiga pesohor dunia tersebut. Gates di bidang teknologi, Slim dibidang telekomunikasi dan Buffett di bisnis asuransi.

Bidang bisnis Berkshire dibagi dua, yaitu asuransi dan non-asuransi. Situs remsi, http://www.berkshirehathaway.com mencatat lebih dari 50 perusahaan dibidang asuransi dan reasuransi yang dimiliki Buffett, di dalam dan luar negeri AS. Secara kolektif, nilainya mencapai USD48 miliar per 31 Desember 2006.

Sementara bisnis non-asuransi misalnya, garmen meliputi pabrik dan distributor berbagai jenis garmen dan sepatu. Sebutlah, Fruit of the Loom, Garanimals, Fechheimer dan Russel Corporation untuk pakaian. Sedangkan sepatu seperti H.H. Brown Shoe Group, Acme Boots dan Justin Brands

Adapula bisnis material bangunan yang dirintis Buffett pada Agustus 2000. Berkshire memasukinya dengan membeli saham Acme Brickm.Yaitu perusahaan bermarkas di Forth Worth, Texas yang memproduksi dan mendistribusikan batu-bata (merk Acme Brick), blok beton (merk Featherlite) dan marmer (merk Texas Quarries).

Empat bulan berselang, Berkshire membeli Benjamin Moore & Co pemimpin pasar pada produk insulasi coating dunia, dengan pasar utama di AS dan Kanada. Selain nama-nama itu Buffett juga memegang mayoritas saham Johns Manville, penyedia produk-produk bangunan selama 150 tahun di AS.

MiTek Inc, penyedia perangkat lunak rekayasa bagi industri pembuat komponen bangunan, serta Clayton Homes, Inc. Pada akhir tahun 2004, Clayton mengoperasikan 32 pabrik manufaktur di 12 negara bagian. Produk-produk Clayton dipasarkan di 48 negara bagian melalui 1.540 jaringan peritel, 391 di antaranya adalah pusat penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.

Jasa Penerbangan juga tidak lepas dari bidikan Buffet. Ia memulai pada 1996, dengan membeli FlightSafety International Inc. FSI bermarkas di LaGuardia Airport di Fluxhing, New York. Bidang usaha utama FSI adalah penyedia sarana pelatihan berteknologi tinggi bagi para operator pesawat.

Saat krisis Asia 1998, Berkshire membeli NetJets Inc, penyedia jasa program kepemilikan pesawat terbang terkemukan di dunia. Berkshire juga membeli McLane Company, Inc pada Mei 2003 dari Wal-Mart. McLace adalah perusahaan jasa distribusi grosir dan logistik di 50 negara bagian dan negara Brazil kepada pelanggannya.

Di ritel, Buffett memiliki Nebraska Furniture Mart, R.C. Willey Home Furnishings, Star Furniture Company, dan Jordan’s Furniture, Inc. Dia juga pemilik group Shaw Industries, Inc, yaitu penghasil karpet kedua terbesar di dunia berdasarkan pendapatan dan volume produksi, serta Scott Fetzer Companies yang menguasai 21 bidang usaha manfakturing dan distribusi produk berbasis perumahan dan industri.

Tampak sulit menjabarkan satu persatu mesin uang “Berkshire” milik Buffett, baik yang dimiliki secara penuh maupun keikutsertaan dalam kepemilikan saham. Namun beberapa nama besar sepertinya cukup mengambarkan betapa uang yang dimilikinya seperti tak berseri, meski hanya dalam beberapa persen kepemilikan saham.

Misalnya, American Express, American Standard Companies, The Coca-Cola Company, ConocoPhillips, General Electric, Lexmark International, Moody’s Corporation, Nike, PetroChina, dan Tyco International. Kemudian, Wal-Mart Stores, The Washington Post Company dan Wesco Financial Corporation.

Sekelumit Tentang Buffett
Banyak julukan yang dialamatkan kepad Buffett untuk menunjukkan penghormatan atas cara yang ditempuhnya menjadikan Berkshire sebagai perusahaan raksasa. Selain dermawan karena mendermakan 80% kekayaan kekayaan dan tercata sebagai sumbangan terbesar dalam sejarah, senilai USD30 miliar, kepada Yayasan Bill and Melinda Gates.

Juga, dewa peramal harga saham dan seorang suami yang hangat dan ayah yang baik bagi ketiga anaknya. Semuanya itu, tidak lepas dari peran sang ayah, Howard Buffett, seorang broker saham dan juga anggota DPR AS dan Ibunya Leila Buffett. Sejak kecil Buffett sudah diajarkan tentang bisnis dan matematika kompleks.

Bermain saham pada usia 11 tahun, tiga tahun berselang Buffet saat itu masih duduk di bangku SMA di Woodrow Wilson High School, Washington DC ia bekerja paruh waktu memasang mesin pinball Wilson Coin Op, di tempat pemotongan rambut. Selepas SMU, dia memiliki modal sekitar USD1200 dan dibelikan 40 hektare tanah pertanian yang dia sewakan pada petani setempat.

Buffett sempat pindah bangku kuliah, memulainya di University of Pennsylvania, namun memperoleh gelar S-1 di University of Nebraska. Ketika lulus, Buffet bekerja pada broker ayahnya sebagai salesman, sampai akhirnya bekerja pada tokoh idolanya, Graham.

Kini, selain tinggal di perumahan biasa-biasa, Buffett juga bergaya hidup bersahaja dan irit. tinggal di rumah yang nilainya cuma USD31.000 dan memiliki tiga kamar tidur. Ia juga masih sering menyetir sendiri mobilnya. Ketika bepergian pun ia enggan memakai pesawat jet pribadi, meskipun ia memiliki perusahaan rental pesawat jet pribadi.

Sederhana dan kedermawanan seorang Buffett perlu ditiru banyak konglomerat. Prilaku ini seolah mementahkan stigma rational economic man, yaitu filosofi ilmu ekonomi konvensional bahwa manusia-manusia terbaik dalam bidang ekonomi harus tamak. Ia merasa, apa yang diraihnya akan lebih berguna jika disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar